Selasa, 05 September 2017

SEMANGAT MUDA YANG BERANEKA DALAM PANGGUNG TEATER

Catatan Parade Teater Taman Budaya Jawa Timur 2017

Oleh: Eko Santosa
(Catatan pengamatan ini disampaikan kepada panitia Parade Teater Jawa Timur, Taman Budaya Jawa Timur)

Dua hari berada di Taman Budaya Jawa Timur dalam agenda Parade Teater Jawa Timur mulai tanggal 18 sampai dengan 19 Agustus 2017 mengapikan satu semangat tersendiri. Agenda yang menampilkan 6 kelompok teater yang sebagian besar adalah teater kampus seolah menyajikan lukisan penuh warna. Panggung menjadi arena kreatif talenta muda dalam mewujudkan gagasan artistiknya. Ada yang merasa nyaman untuk tampil, ada yang ragu, dan ada pula yang mencoba menohok meski masih menahan diri untuk sesuatu yang belum diketahui mengapa. Panggung teater menjadi area penuh energi muda dengan wajah-wajah yang seolah berada di antara garis keraguan, keangkuhan, keakuan, kepastian pilihan maupun kebebasan wisata jiwa. Semua menemu maknanya ketika sebagian besar penonton juga berada di garis yang sama. Dalam semalam 3  pementasan digelar dan itu lebih dari cukup bagi orang-orang yang datang menonton untuk sementara mengasingkan diri dari riuhnya realitas kehidupan sehari-hari. Malam pertama tampil Lakon B.O.R, Kekenceng Adalah Situs, dan Wek Wek. Sedangkan malam kedua menyajikan lakon Sarip Tambak Oso, Balada Perempuan, dan Brol. Berikut catatan pengamatan sederhana sebagai refleksi Parade Teater Jawa Timur.
B.O.R yang merupakan adaptasi karya Putu Wijaya dipentaskan oleh Teater Universitas Kanjuruan Malang. Pertunjukan dimulai dengan menampilkan dua orang duduk di ketinggian sisi kanan dan kiri yang dibatasi ruang berwarna hitam, sekaligus sebagai latar. Sementara dari kanan dan kiri panggung muncul kelompok orang yang masing-masing membawa lampu penerang (senter). Set panggung ditata secara simetris, pun demikian dengan pola blocking secara keseluruhan. B.O.R bercerita tentang kebobrokan pemerintah di satu negeri. Sang pemimpin mementingkan diri sendiri dan bertindak otoriter. Kondisi ini coba disajikan dengan hadirnya dua orang dalang yang duduk di ketinggian dan adegan ceramah seorang pemimpin yang memperkenalkan teknologi mutakhir komputer. Di dalam acara ini, suasana chaotic terjadi karena adanya para wartawan yang menyusup di tengah kerumunan untuk mendapatkan berita dan dijual. Sementara ada beberapa orang melakukan provokasi sehingga ketegangan tidak terkendali. Wakil pemerintah berusaha menyebar uang untuk membungkam para wartawan namun toh keadaan tidak terselamatkan sehingga perlu menumbalkan seseorang sebagai korban.