Catatan
Parade Teater Taman Budaya Jawa Timur 2017
Oleh:
Eko Santosa
(Catatan pengamatan ini disampaikan kepada panitia Parade Teater Jawa Timur, Taman Budaya Jawa Timur)
Dua hari berada di Taman Budaya Jawa
Timur dalam agenda Parade Teater Jawa Timur mulai tanggal 18 sampai dengan 19
Agustus 2017 mengapikan satu semangat tersendiri. Agenda yang menampilkan 6
kelompok teater yang sebagian besar adalah teater kampus seolah menyajikan
lukisan penuh warna. Panggung menjadi arena kreatif talenta muda dalam
mewujudkan gagasan artistiknya. Ada yang merasa nyaman untuk tampil, ada yang
ragu, dan ada pula yang mencoba menohok meski masih menahan diri untuk sesuatu
yang belum diketahui mengapa. Panggung teater menjadi area penuh energi muda
dengan wajah-wajah yang seolah berada di antara garis keraguan, keangkuhan,
keakuan, kepastian pilihan maupun kebebasan wisata jiwa. Semua menemu maknanya
ketika sebagian besar penonton juga berada di garis yang sama. Dalam semalam
3 pementasan digelar dan itu lebih dari
cukup bagi orang-orang yang datang menonton untuk sementara mengasingkan diri
dari riuhnya realitas kehidupan sehari-hari. Malam pertama tampil Lakon B.O.R, Kekenceng Adalah Situs, dan Wek
Wek. Sedangkan malam kedua menyajikan lakon Sarip Tambak Oso, Balada Perempuan, dan Brol. Berikut catatan pengamatan sederhana sebagai refleksi Parade
Teater Jawa Timur.
B.O.R yang merupakan adaptasi karya Putu
Wijaya dipentaskan oleh Teater Universitas Kanjuruan Malang. Pertunjukan
dimulai dengan menampilkan dua orang duduk di ketinggian sisi kanan dan kiri
yang dibatasi ruang berwarna hitam, sekaligus sebagai latar. Sementara dari
kanan dan kiri panggung muncul kelompok orang yang masing-masing membawa lampu
penerang (senter). Set panggung ditata secara simetris, pun demikian dengan
pola blocking secara keseluruhan. B.O.R bercerita tentang
kebobrokan pemerintah di satu negeri. Sang pemimpin mementingkan diri sendiri
dan bertindak otoriter. Kondisi ini coba disajikan dengan hadirnya dua orang
dalang yang duduk di ketinggian dan adegan ceramah seorang pemimpin yang
memperkenalkan teknologi mutakhir komputer. Di dalam acara ini, suasana chaotic
terjadi karena adanya para wartawan yang menyusup di tengah kerumunan untuk
mendapatkan berita dan dijual. Sementara ada beberapa orang melakukan provokasi
sehingga ketegangan tidak terkendali. Wakil pemerintah berusaha menyebar uang
untuk membungkam para wartawan namun toh keadaan tidak terselamatkan sehingga
perlu menumbalkan seseorang sebagai korban.