Oleh: Eko Santosa
Salah satu faktor pendukung yang sangat penting dalam
proses penciptaan teater adalah manajemen. Dalam teater bahasan manajemen
dibagi menjadi dua yaitu menejemen kelompok atau sanggar dan manajemen
produksi. Akan tetapi dalam bahasan ini yang akan dibicarakan adalah manajemen
pementasan yang merupakan bagian dari manajemen produksi. Manajemen pementasan
dipilih sebagai batasan karena yang difokuskan dalam hal ini adalah persoalan
pementasan teater.
Manajemen adalah pengelolaan atau kegiatan mengelola.
Menurut Riantiarno (2003) manajemen teater adalah perencanaan sebuah produksi
teater hingga sampai ke tangan konsumen (penonton). Tahapan kegiatan manajemen
adalah perencanaan, produksi, pementasan, serta pemasaran. Dalam konteks ini
manajemen pementasan adalah pengelolaan pementasan teater mulai dari persiapan
pementasan, penonton datang ke gedung pertunjukan, menyaksikan jalannya
pertunjukan hingga sampai pertunjukan usai dan penonton kembali pulang. Dalam
manajemen pementasan ada 2 bidang utama pekerjaan yaitu pengelolaan gedung (house
managing) dan pengelolaan panggung
(stage managing).
Pengelolaan
gedung adalah kerja pengelolaan
gedung tempat pertunjukan berlangsung yang di dalamnya mencakup perawatan
gedung, keamanan gedung, kebersihan gedung, penjualan tiket (ticket box),
pengaturan keluar masuk penonton pengaturan tempat duduk penonton dan
pengaturan penonton. Kerja pengaturan ini untuk mendukung kenyamanan semua
orang yang berada dalam gedung pertunjukan.
·
Perawatan gedung
Gedung
tempat pertunjukan bukanlah gedung yang biasa baik secara ukuran maupun
fasilitas. Jika gedung tidak dirawat dengan baik, maka kualitasnya sebagai
tempat pertunjukan akan menurun dan menjadikan semua orang yang berada di
dalamnya merasa tidak nyaman. Misalnya, gedung dilengkapi dengan air conditioning system harus dirawat
sedemikian rupa sebab jika alat pengontrol suhu udara itu rusak, maka suasana
di dalam gedung akan menjadi panas sekali.
Gedung
yang memiliki bahan dasar pembuatan panggung dari kayu harus sering dirawat
agar tidak mudah terkena rayap. Penonton atau pemain tidak diperkenankan makan
dan minum karena nanti akan remah-remah makanannya akan mengundang kehadiran
tikus. Semua peralatan yang menggunakan listrik juga harus dirawat termasuk
sirkuitnya agar ketika hendak digunakan semua dalam keadaan siap.
Perawatan
gedung harus dilakukan secara teratur dan mengikuti prosedur yang benar.
Seringkali gedung pertunjukan tidak dirawat sama sekali selain dibersihkan
ketika hendak digunakan. Perawatan yang tidak rutin membuat kualitas gedung
menjadi kurang baik dan akibatnya timbul gangguan teknis yang tidak diinginkan
misalnya, lampu tidak menyala kare kabel aliran listrik banyak yang putus. Oleh
karena itu perawatan termasuk di dalamnya pengecekan rutin harus dilakukan.
·
Keamanan gedung
Gedung
pertunjukan seringkali ramai orang hanya ketika ada agenda. Ketika hari-hari
biasa hampir sama sekali tidak ada orang yang mejaga atau dibiarkan begitu
saja. Hal ini kurang baik karena rawan terjadinya tindak kejahatan (pencurian)
mengingat bahwa perlengkapan yang ada di dalam gedung pertunjukan adalah
peralatan khsusus bernilai tinggi. Oleh karena itu penjagaan keamanan mutlak
dilakukan baik ketika ada pementasan maupun hari-hari biasa.
·
Kebersihan gedung
Kenyamanan
penonton dan pemain juga sangat tergantung dari kebersihan gedung. Karena
fasilitas gedung digunakan oleh orang banyak, maka kebersihannya perlu dijaga.
Tidak mudah membersihkan gedung pertunjukan karena arealnya yang luas dan
memiliki banyak ruang.
Pada
bagian kursi penonton mungkin agak sedikit mudah dibersihkan meskipun areanya
luas. Akan tetapi bagian langit-langit gedung atau bagian atas membutuhkan
kebersihan yang ekstra. Diperlukan alat bantu khusus untuk membersihkan
bagian-bagia atas yang sulit. Belum lagi bagian toilet atau kamar mandi yang
biasanya kurang mendapat perhatian. Karena digunakan oleh banyak orang area ini
paling mudah sekali kotor dan meninggalkan bau yang kurang sedap.
Untuk
menjaga kenyamanan, semua bagian gedung harus bersih dan segar. Penonton akan
merasa sangat senang jika tempat duduknya bersih dan rapi. Lebih dari itu,
kedudukan penonton akan merasa ditinggikan dan kedatangannya ke gedung
pertunjukan layak dihargai.
·
Penjualan tiket
Penjualan
tiket yang akan dibahas di sini adalah penjualan tiket pada hari pementasan
atau on the spot. Pengaturan
pembelian tiket di boks penjualan pada saat hari pementasan perlu diperhatikan.
Jika penonton yang hadir banyak dan boks yang tersedia hanya satu, maka
penonton harus antri panjang dan lama. Hal ini tidak boleh terjadi karena akan
mengganggu kenyamanan penonton. Selain itu penempatan boks penjualan haruslah
mudah diakses oleh penonton. Biasanya di gedung pertunjukan boks tiket ini
telah tersedia, namun jika dirasa kurang mencukupi atau tempatnya kurang mudah
terlihat, tempat penjualan bisa dibuat sendiri. Intinya sejak membeli tiket
penonton harus diberi kemudahan.
·
Pengaturan keluar masuk penonton
Pengaturan
keluar masuk penonton perlu dilakukan untuk menjaga ketertiban dan demi
kelancaran jalannya acara. Pintu utama dibuka beberapa saat atau menit sebelum
pertunjukan berlangsung. Pengaturan ini dilakukan untuk memberi kesempatan
semua penonton duduk dan agar tidak menunggu terlalu lama. Penonton yang masuk ke gedung pertunjukan
terlalu awal dan menunggu terlalu lama akan merasa jenuh sejak sebelum
pertunjukan dimulai.
Hanya
pintu utama yang dibuka memberikan kemudahan bagi penonton untuk berbaris antri
memasuki gedung pertunjukan dan mudah menemukan tempat duduknya. Dalam
pertunjukan teater profesional, penonton tidak diperkenankan lagi memasuki
gedung ketika pertunjukan sudah dimulai. Selama pertunjukan berlangsung, pintu
utama ditutup dan hanya pintu samping yang menuju ke kamar kecil yang dibuka.
Ketika pertunjukan selesai semua akses pintu keluar dibuka untuk memudahkan
penonton keluar dari gedung pertunjukan.
Pengaturan
buka tutup pintu ini menjadi sangat penting karena di pertunjukan area tempat
duduk penonton harus dalam keadaan gelap. Tidak diperkenankan cahaya dari luar
ruang memasuki gedung pertunjukan karena akan mengganggu artistik pemanggungan.
Oleh karena itu akses pintu samping menuju ke kamar kecil biasanya diberi
penanda berupa lampu dengan nyala kecil atau tulisan kecil yang menyala di
kegelapan. Namun hal ini bisa saja berbeda ketika pertunjukan dilangsungkan di
arena terbuka. Karena sifatnya yang terbuka dengan tempat duduk melingkar atau
berbentuk tapal kuda, maka pengaturan keluar masuknya penonton bisa melalui
beberapa pintu sekaligus.
·
Pengaturan tempat duduk penonton
Pengaturan
tempat duduk perlu dilakukan karena biasanya dalam pertunjukan teater tempat
duduk dibedakan menurut kelasnya. Ada tempat duduk dengan kelas utama atau VVIP
(very very important person), kelas
satu atau VIP (very important person),
dan kelas umum. Masing-masing produksi membagi kelas penonton secara berbeda
tetapi minimal ada dua kelas tempat duduk yaitu tempat duduk untuk tamu
undangan khusus dan tempat duduk untuk penonton umum. Oleh karena itu perlu
diatur tempat duduk penonton sesuai kelasnya dan masing-masing kursi diberi
tanda sesuai kelasnya. Biasanya setiap kursi diberi nomor tertentu sesuai dengan
nomor tiket atau undangan yang dibawa oleh penonton.
·
Pengaturan penonton
Ketika
penonton mulai memasuki gedung pertunjukan ada petugas yang mengatur dan
mengarahkan penonton untuk duduk sesuai dengan nomor kursinya. Hal ini perlu
dilakukan agar penonton segera menemukan kursinya dan segera duduk di
tempatnya. Semakin cepat penonton duduk semakin cepat pertunjukan dimulai.
Dalam
pertunjukan yang tidak memungut biaya dan membebaskan tempat duduk penonton,
pengaturan ini amat sangat diperlukan. Biasanya penonton bergerombol menempati
salah satu sisi atau bagian saja dari kursi penonton yang tersedia sehingga
baris kursi yang lain kosong. Atau penonton tidak tahu kursi mana yang masih
kosong sehingga penonton yang hadir dan mengira kursi sudah terisi semua
memilih untuk berdiri.
Peran
pengatur penonton tidak hanya sekedar mengatur tempat duduk tetapi sekaligus
memeriksa kembali barang bawaan yang tidak diperbolehkan ada dalam gedung
pertunjukan misalnya makanan dan minuman. Juga mengingatkan penonton untuk
mematikan sementara telepon genggam dan memotret tidak boleh menggunakan lampu
kilat. Aturan standar semacam ini meskipun telah ditulis di pintu masuk tetap
perlu diingatkan kembali demi kenyamanan dan kelancaran pertunjukan.
Pengelolaan
panggung adalah kerja pengaturan
panggung tempat pertunjukan berlangsung. Yang termasuk dalam wilayah kerja
pengelolaan panggung adalah mengatur jadwal penataan dan pembongkaran set
dekorasi, mengatur jadwal penataan perangkat artistik lain terkait pementasan,
mengatur penggunaan properti pementasan, memberitahukan keluar masuknya pemain,
memulai dan mengakhiri pertunjukan. Kerja pengaturan panggung ini untuk
mendukung kelancaran pementasan yang dilangsungkan.
·
Pengaturan jadwal penataan dan pembongkaran set dekorasi
Dalam
gedung pertunjukan tertentu pengaturan penataan dan pembongkaran set dekorasi
sangat ketat. Waktu yang disediakan tidak banyak. Karena aturan setiap gedung
yang satu dengan yang lain berbeda, maka pengelola panggung harus memperhatikan
hal ini. Ada gedung yang memperbolehkan penataan set dekorasi dimulai sehari
sebelumnya, namun ada juga yang mengijinkan malam hari sebelumnya dan ada pula
yang hanya memperbolehkan pada hari dimana pentas akan dilangsungkan.
Hal
seperti tersebut di atas juga terjadi pada saat pembongkaran. Ada gedung yang
memperbolehkan pembongkaran set dekorasi keesokan harinya namun banyak pula
gedung yang mengharuskan pembongkaran set dekorasi secepat mungkin karena akan
dipakai oleh yang lainnya. Untuk itulah jadwal pemasangan dan pembongkaran set
dekorasi perlu dibuat dan ditaati bersama.
Untuk
mempermudah kerja penataan dan pembongkaran agar sesuai dengan jadwal perlu
dicatat semua barang, peralatan, dan perlengkapan yang dibutuhkan. Penataan dan
pembongkaran set diatur sedemikian rupa agar memudahkan dan mempercepat kerja.
Misalnya, set dekorasi yang berat dan besar ditata terlebih dahulu baru
kemudian disusul perabot lain yang lebih kecil dan ringan. Namun ketika
pembongkaran berlaku sebaliknya.
·
Pengaturan jadwal penataan perangkat artistik lainnya
Pengatiuran
jadwal penataan perangkat artistik lain semisal tata cahaya dan suara terkait
dengan penataan set dekorasi. Ada produksi yang demi efektifitas kerja terkait
waktu yang tersedia mendahulukan penataan set dekorasi tetapi ada pula yang
mendauhulan penataan tata cahay dan atau suara. Semua sangat tergantung dari
karakter dan konsep produksi atau pementasan.
Penataan
set dekorasi dengan volume yang besar dan tinggi tertentu biasanya akan
mengganggu proses penataan lampu jika di panggung bar lampunya permanen dan
tidak disediakan jembatan pemasangan. Karena hal teknis semacam ini, maka
penataan lampu membutuhkan tangga berukuran besar sehingga ketika set dekorasi
telah tertata terlebih dahulu, pemasangan lampu akan mengalami kesulitan.
Pengaturan
jadwal penataan perangkat artistik saling terkait antara satu dengan yang lain
dan bergantung dari kondisi gedung pertunjukan beserta kelengkapannya. Seorang
pengelola panggung harus memahami hal ini dengan baik sehingga kerja yang
dilakukan oleh tim penata artistik dapat berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan ketersediaan waktu yang ada.
·
Pengaturan penggunaan properti pentas
Properti
(props) dalam teater dibagi menjadi
dua yaitu perabot (terkait tata panggung) dan piranti tangan (handprops) yang biasanya digunakan oleh
pemain untuk mendukung karakternya. Semua properti selama berada di area
panggung menjadi tanggungjawab pengelola panggung. Ia harus mencatat semuanya.
Kapan perabot dan perabot apa saja yang digunakan dalam sebuah adegan.
Pertunjukan
teater yang memiliki latar tempat kejadian peristiwa beragam biasanya
mengharuskan perpindahan set dekorasi. Oleh karena itu penataan dan perpindahan
perabot perlu diatur sedemikian rupa agar dapat berjalan dengan cepat dan
tepat. Perpindahan set dekorasi yang terlalu lama akan mengganggu irama lakon
yang dipentaskan dan pada akhirnya emosi pemain dan penonton juga sedikit
terganggu.
Selain
perabot, piranti tangan yang digunakan oleh pemain juga perlu diperhatikan.
Tidak jarang pemain lupa dengan piranti tangannya atau lupa tempat meletakkan
piranti tersebut setelah selesai digunakan. Pengelola panggung beserta stafnya
harus sigap dengan hal ini. Piranti apa saja dan digunakan oleh pemain siapa
saja dan dalam adegan yang mana saja perlu dicatat untuk memudahkan pengaturan.
Dalam
pertunjukan drama musikal, pengaturan dan pemasangan mik wireless atau clip-on ini
sangat perlu diperhatikan. Semua kontrol harus dari pengelola panggung. Sebab
pemain terkadang lupa jika diharuskan menghidupkan dan mematikan mik. Belum
lagi jika penggunaan mik tersebut bergantian dengan pemain yang lain. Pengelola
panggung harus mengatur hal tersebut dengan cermat, mik nomor berapa dan
dipakai oleh pemain siapa saja serta dalam adegan apa saja perlu dicatat agar
tidak terjadi kesemerawutan.
·
Memberitahukan keluar masuknya pemain
Pementasan
teater tidak jarang berdurasi lama. Lakon dibagi dalam beberapa babak dan dalam
babak terdiri dari beberapa adegan. Bisa jadi karakter tokoh peran A muncul di
babak pertama dan babak ketiga. Sehingga ia memiliki jeda waktu istirahat yang
panjang. Tugas pengelola panggung dalam konteks ini adalah mengingatkan pemain
untuk bersiap jika adegan permainannya sudah akan dimulai.
Terlebih
lagi jika lakon yang panjang semacam ini dimainkan secara kolosal. Pengelola
panggung beserta stafnya harus mencatat dengan cermat setiap adegan dan pemain
yang terlibat dalam adegan tersebut. Karena para pemain tidak diperkenankan
berdiri di samping panggung (side wing)
selama menunggu gilirannya tampil, maka peran pengelola dalam memberitahukan
giliran pemain sesuai adegan menjadi sangat penting.
·
Memulai dan mengakhiri pertunjukan
Di hari
pementasan, semua kegiatan yang terjadi di panggung menjadi wewenang dan
tanggungjawab pengelola panggung. Kapan pertunjukan akan siap dimulai juga
sangat tergantung dari tanda yang diberikan pengelola panggung. Ketika semua
pendukung pementasan siap, pengelola panggung memberi kode kepada pengelola
gedung untuk mulai membuka pinta masuk utama.
Ketika
semua penonton sudah menempati tempat duduknya, pengelola gedung memberikan
kode kepada pengelola panggung untuk memulai pertunjukan. Selanjutnya pengelola
panggung mempersilakan pembawa acara untuk memulai acara dan memberitahukan
kepada semua pemain dan staf untuk bersiap. Pengelola panggung juga mengatur
kapan dan berapa kali pembawa acara harus menginformasikan tata tertib
penonton. Intinya, segenap peristiwa di panggung malam itu adalah wewenang
penuh pengelola panggung.
Pertunjukan
dimulai dengan membuka tirai panggung dan diakhiri dengan menutup tirai
panggung. Namun ada juga pertunjukan yang diakhiri tidak dengan menutup tirai
tapi cukup dengan memberi hormat kepada penonton atau tidak secara formal. Akan
tetapi aba-aba bagi pembawa acara untuk menutup acara dan apakah pembawa acara
harus muncul di panggung atau cukup voice
over adalah wewenang pengelola panggung.
Kerja
pengelolaan gedung dan panggung sangat membantu jalannya pementasan. Karena
adanya peran pengelolaan pentas semacam ini maka tugas tim artistik hanyalah
sebatas pada artistik pertunjukan saja. Sutradara sudah bisa menikmati hasil
karyanya tanpa perlu lagi bekerja dan mengatur para pemainnya. Semua sudah
dikerjakan oleh pengelola panggung atau stage
manager. Pimpinan produksi pun juga demikian, ia tidak perlu lagi bekerja
karena semua pekerjaan sudah ditangani oleh pengelola gedung atau house manager.
Tahapan
terakhir dari keseluruhan kerja manajemen pementasan adalah evaluasi.
Kekurangan dan kelemahan yang masih ditemui perlu diperbaiki. Masukan, saran
dan kritikan harus diterima dengan baik demi peningkatan kerja berikutnya. Pada
prinsipnya tidak ada kerja yang sangat sempurna tetapi dengan kerja yang
tertata serta terkelola maka kekurangan dan kelemahan bisa diminimalisasi yang
pada akhirnya akan menuntun kepada hasil optimal. (*)
Bacaan:
Bennet, Susan, 1997. Theatre Audiences, A Theory of Production
and Reception. London: Routledge.
Riantiarno. 2003. Menyentuh
Teater, Tanya Jawab Seputar Teater Kita. Jakarta. MU:3 Books.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar