Minggu, 04 September 2016

Mencipta Teater Sederhana Dengan Theater Games



Oleh: Eko Santosa


A.    Pendahuluan
Umumnya, proses penciptaan teater di sekolah menggunakan konsep teater dramatik berbasis naskah. Konsep ini mengharuskan semua yang terlibat untuk bekerja sesuai arahan lakon yang telah ditentukan. Sutradara merancang konsep laku lakon mulai dari para pemain hingga tata artistiknya. Para pemain diharuskan mampu mengelola tubuh, suara, dan jiwanya dalam memainkan sebuah peran sesuai dengan karakte. Para penata artistik pun demikian, mencoa mewujudkan seluruh elemen pendukung itu sesuai dengan arahan lakon. Proses perwujudan dari lakon ke dalam sebuah pertunjukan dengan demikian memerlukan waktu yang tidaklah sebentar.
Sementara itu di sisi lain, waktu yang tersedia bagi proses teater di sekolah biasanya sangatlah terbatas. Oleh karena itu diperlukan sebuah pendekatan lain yang dapat dikerjakan dengan cara yang lebih rileks namun mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam pembahasan ini pendekatan yang coba diungkapkan adalah theater game.
Theatre game pertama kali digunakan oleh Viola Spolin pada tahun 1946 untuk melatih para aktor muda di Hollywood. Model pelatihannya adalah teater improvisasi di mana pemain teater dilatih untuk melakukan potongan-potongan adegan secara improvisatoris dengan maksud dan tujuan tertentu. Theatre games secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran seni teater melalui permainan. Permainan yang diciptakan dapat digunakan untuk mempelajari bidang-bidang dalam teater baik secara mandiri atau terintegrasi. Theatre games mengajarkan sesuatu secara tidak langsung melalui sebuah permainan sehingga tanpa disadari, siswa sedang atau telah mempelajari sesuatu dalam permainan tersebut. Karena sifatnya yang tidak langsung pada tujuan maka game dapat mengajarkan hal-hal lain di sebalik teater (beyond the theater), yang mendukung proses berteater.
Metode yang ditawarkan oleh Spolin bukanlah satu-satunya metode pembelajaran teater di sekolah. Namun, keberadaan theatre games mampu menyegarkan pandangan akan bentuk dan model pelatihan teater. Bahkan John Caird (2010) menyarankan para sutradara untuk menggunakannya dalam sesi awal pelatihan teater profesional ketika para pemain baru pertama kali berkumpul dan butuh sosialisasi. Keluwesan model theatre games baik dari jenis permainan maupun pelaksanaannya memungkinkan untuk diaplikasikan di sekolah. Terlebih, ketika nilai-nilai pribadi, sosial, dan budaya dapat dengan mudah diimplementasikan di dalamnya.


B.    Pemanasan
Pemanasan adalah proses awal yang harus dilakukan sebelum mengerjakan latihan-latihan lainnya. Di bawah ini adalah game yang dapat digunakan untuk pemanasan.

Delapan
Latihan pemanasan yang menarik untuk meregangkan otot. Semua orang berjalan mengitari ruangan dengan santai, kemudian berdiri rileks di posisinya masing-masing.
·    Mintalah pada semua orang untuk membuat angka 8 dengan jempol kaki kiri mereka, kemudian dengan telapak kaki, selanjutnya dengan seluruh bagian kaki. Setelah itu ulangi dengan yang kanan.
·    Kemudian buatlah angka 8 dengan pinggul, cobalah semua arah.
·    Buatlah angka 8 dengan bahu kanan, kiri, kedua bahu, tangan, kepala.
·    Cobalah buat angka 8 dengan semua bagian tubuh sebanyak mungkin.

Kucing dan Tikus
Semua pemain berpasangan. Satu orang sebagai kucing dan yang satu sebagai tikus dan keduanya tetap berpasangan dengan selalu bergandengan tangan. Semua pasangan berbuat sama. Permainannya adalah; KUCING mengejar TIKUS dan TIKUS menghidari kejaran KUCING. Jika TIKUS tertangkap ia berubah menjadi KUCING dan pasangannya segera berubah menjadi TIKUS. Tetapi TIKUS bisa menghilang dengan merangkulkan tangannya pada pasangan lain, jika ini terjadi maka pasangan yang tangannaya dirangkl tersebut langsung berubah yang TIKUS menjadi KUCING dan sebaliknya. Hentikan permainan jika peserta sudah mulai lelah.
Perkenalan Aliterasi
Permaian yang menarik untuk saling memperkenalkan diri. Seorang partisipan memulai perkenalan dengan membuat gaya dan mengaliterasikan namanya, misalnya; ‘Saya adalah Budi yang baik hati’, ‘Saya adalah Ria yang riang gembira’’ dan lain sebagainya. Orang disebelahnya kemudian menirukan gaya dan kalimat aliterasi tersebut, setelah itu ia menciptakan gaya dan aliterasi namanya sendiri, begitu seterusnya sampai semuanya mendapatkan giliran.

Tunjuk Nama Ganti Posisi
Lanjutan dari permainan perkenalan. Peserta berdiri melingkar. Salah seorang peserta menunjuk peserta lain dengan menyebutkan namanya sambil berjalan ke arah orang tersebut. Peserta yang dipanggil berjalan ke arah peserta yang memanggil tetapi begitu sampai di tengah lingkaran ia menunjuk peserta yang lain dan berjalan ke arahnya dan tempat yang ia tinggalkan diduduki oleh peserta pertama. Demikian selanjutnya sampai semua peserta mendapat giliran dipanggil dan memanggil. Permainan akan lebih seru jika temponya dipercepat.

C.    Latihan Konsentrasi
Di bawah ini adalah beberapa game yang dapat digunakan untuk melatih konsentrasi.

Hitung 20
Semua peserta dalam lingkaran. Cobalah menghitung 1 sampai 20. Siapa saja boleh memulai dengan menyebut angka ‘1’. Kemudian yang lain meneruskan secara acak (siapa saja boleh melanjutkannya) menyebut ‘2’ dan begitu seterusnya. Jika ada dua peserta menyebutkan angka berbarengan maka permainan dimulai dari awal lagi.


Bang (Dor)
Peserta berdiri melingkar menutupkan mata. Instruktur menyentuh salah satu peserta dan menyuruh semua peserta membuka mata. Setelag semua pesert membuka mata, peserta yang tadi disentuh oleh instruktur meneriakkan kata DOR sambil bergaya seperti cowboy dan secara serentak ditirukan oleh semua peserta. Latihan ini bisa dilakukan berulang hingga DOR yang diucapkan oleh peserta benar-benar serempak.

1 bebek, 2 kaki, kwek,
Peserta duduk melingkar. Salah seorang peserta memulai dengan mengucapkan  satu bebek dua kaki wek, peserta berikutnya mengucapkan dua bebek empat kaki kwek, peserta selanjutnya mengucapkan tiga bebek enam kaki kwek kwek kwek,  demikian seterusnya sampai semua peserta medapatkan gilirannya. Jika terjadi kesalahan maka permainan dimulai dari awal. Permainan juga bisa dilakukan dengan instruktur yang menunjuk siapa peserta berikutnya yang mendapat giliran.

Jalan Jumlah
Setiap pemain menentukan tempatnya sendiri di setiap titik yang ada di ruang tersebut, dan semua pemain harus bisa saling melihat satu dengan yang lain. Instruktur kemudian memberikan tanda (bertepuk atau bersiul), begitu tanda dilakukan, seorang pemain berjalan maju mengitari ruang dengan pelan, kemudin mendadak ia berhenti dan begitu pemain itu berhenti maka seorang pemain lain (hanya satu orang saja) mulai berjalan, demikian seterusnya. Ketika permainan ini sudah berjalan dengan baik secara gradual tingkatkanlah jumlah pemain yang berjalan.

Hipnotis
Semua pemain berada dalam lingkaran. Seorang pemain ada di tengah dan ia menjadi tukang hipnotis. Ia akan mengarahkan telapak tangannya ke wajah pemain lain. Pemain tersebut kemudian mengikuti kemanapun tangan sang hipnotis bergerak, ke atas, bawah, maju atau bahkan jalan-jalan. Mata pemain yang terhipnotis harus memandang ke arah telapak tangan penghipnotis. Bermainlah secara bergantian, hingga semua orang mendapatkan giliran dan merasa enjoy.
VARIASI: untuk mengembangkan permainan, jika semua sudah merasa enjoy maka penghipnotis bisa menambah korbannya misalnya, menghipnotis dengan telapak tangan kanan, kiri atau bahkan dengan dengkul, pinggul, dsb. Yang perlu diingat, karena jumlah korban semakin banyak maka penghipnotis harus mampu mengendalikannya agar gerak korban tidak saling bertabrakan. Untuk lebih seru lagi, kembangkan permainan dengan; orang yang terhipnotis bisa juga menghipnotis yang lain hingga akhirnya semua pemain terlibat.

D.    Latihan Imajinasi
Di bawah ini adalah game yang dapat digunakan untuk melatihkan imajinasi.

3 lapis
Latihan pemanasan yang menyenangkan. Seorang partisipan menawarkan sesuatu hal kepada yang lain dengan melompat ke tengah lingkaran, misalnya ia berkata: “aku adalah sepotong keju”. Partisipan kedua ikut melompat ke tengah lingkaran dan melengkapi penawaran tersebut dengan berkata “aku sepotong roti”. Partisipan ketiga menggenapi dengan berkata, “Aku selada”. Kemudian ketiga partisipan kembali ke lingkaran dan permainan diteruskan dari awal dengan satu orang menawarkan menjadi sesuatu sampai orang ketiga melengkapinya, demikian seterusnya.

Aliterasi
Partisipan diminta untuk menutup mata, kemudian instruktur memberikan sebuah benda misalnya; bola tenis atau kain. Partisipan diminta untuk memberi nama benda tersebut sebanyak mungkin (menurut persepsi dan imajinasi mereka), dengan huruf awal yang telah ditentukan misalnya ‘S’. Benda tersebut kemudian diedarkan kepada partisipan lain sehingga semua mendapat giliran. Instruktur menghitung jumlah nama benda yang telah disebutkan (penamaan berulang tidak dihitung).
VARIASI: Buatlah berpasangan. Orang pertama memberi nama benda sebanyak mungkin dalam 15-20 detik, orang kedua menghitungnya. Bergantian.

Lompatan Asosiasi
Permainan asosiasi fisik yang menarik. Semua partisipan berputar perlahan di dalam ruang. Pada satu waktu, instruktur menyebut nama salah satu. Nama yang disebut kemudian melompat ke dalam atau ke luar lingkaran dan membentuk satu pose (mematung). Partisipan lain berhenti bergerak mengamati bentuk pose tersebut kemudian membentuk pose bersama yang inspirasinya diambil dari pose partisipan pertama tadi. Seluruh partisipan akhirnya membentuk sebuah pose bersama seperti monumen yang bercerita.
VARIASI: Instruktur bisa dan boleh saja memberikan tambahan instruksi untuk partisipan yang dipanggil namanya, misalnya; “pose petani”, “pose pebisnis”, “Pose orang sedih” dan lain sebagainya.

Lingkaran Asosiasi Buta
Semua partisipan berada dalam lingkaran, membangun satu ritme bersama-sama, ciptakanlah dengan bebas satu komposisi dengan kata atau gumaman yang sederhana dan menyenangkan. Ketika semua sudah berjalan dengan baik maka instruktur akan memberikan aba-aba dengan bertepuk tangan (atau dengan kode yang lain), 3 kali:
· Tepukan pertama, semua partisipan menutup matanya namun tetap mempertahankan ritme yang dibangun tadi
·  Tepukan kedua, semua mulai berjalan perlahan mengitari ruangan, mata tetap tertutup dan ritme dijaga. Semua partisipan harus mampu mengingat suara orang di sebelahnya tadi, agar tahu siapa yang ada di sebelahnya.
·   Tepukan ketiga, semua partisipan dengan mata tetap tertutup dan menjaga ritme mencoba mengkonstruksi ulang lingkaran yang tadi dibuat sebelum mata ditutup.
Latihan berakhir ketika semua orang sudah berada dalam lingkaran lagi. Instruktur harus senantiasa menjahga dan mengamati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena semua mata partisipan tertutup.

Potret Keluarga
Permainan yang sangat menarik untuk membangun kebersamaan. Partisipan dibagi dalam kelompok dan diminta untuk membuat pose potret keluarga. Keluarga yang dipilih kalau bisa spesifik misalnya:
·         Keluarga ekonom, akuntan
·         Keluarga yang beranggotakan orang-orang gemuk/kurus
·         Keluarga artis/selebritis
·         Keluarga ular, kucing, kelinci
·         Keluarga peralatan kantor, kebun, dan lain sebagainya
Sampaikan kepada partisipan bahwa orang lain harus tahu dari pose tersebut siapa sebagai apa dalam keluarga itu, siapa akrab dengan siapa, siapa yang paling dibenci oleh keluarga, siapa yang selalu dipuja, siapa yang selalu menjadi kambing hitam, dan lain sebagaianya. Hal ini akan berjalan dengan baik jika masing-masing partisipan mengenal satu sama lain dalam kelompoknya dengan baik.

Abjad Terakhir
Semua peserta duduk melingkar. Instruktur meminta satu orang untuk melontarkan satu kata bebas, kemudian orang di sebelahnya melontarkan satu kata yang dibuat dari abjad terakhir kata yang dilontarkan temannya tadi. Misalnya, orang pertama berkata “EMBER” maka orang berikutnya membuat kata yang diawali dari abjad “R’” misalnya “RAPI”. Demikian seterusnya.

Presentasi Terusan
Seorang maju mempresentasikan sesuatu (topik bisa ditentukan). Partisipan lain boleh menghentikan presentasi itu dengan cara maju ke depan. Ketika ada yang maju, maka presenter pertama berhenti, kemudian mengulangi kalimat terakhir yang diucapkan. Selanjutnya, orang yang maju tadi harus meneruskan atau mengganti topik presentasi dimulai dengan kalimat terakhir yang diucapkan presenter sebelumnya.
CATATAN: Cobalah rileks dan bebas untuk meneruskan prsntasi tersebut. Lebih baik meneruskan prsentasi dari presenter sebelumnya dari pada membuat topik baru.  Tanda untuk mengganti presenter bisa diganti tidak hanya dengan satu orang maju ke depan tetapi mungkin dengan kode lain yang lebih menarik misalnya berkata ‘stop’.

E.     Acting Basic
Di bawah ini adalah game yang dapat digunakan untuk melatih dasar pemeranan.

Animalistik
Mintalah partisipan untuk memainkan sebuah adegan dengan karakter yang berdasarkan pada binatang.
CATATAN: Pemain tidak diharapkan menjadi ‘binatang’ tetapi mereka hanya mengambil karakter dari binatang tersebut. Karakter tersebut bisa fisik, vokal, atau status. Sebagai contoh ‘ayam betina’ dapat menginspirasi sebuah karakter gadis penakut, pemalu tetapi menggoda.
VARIASI: Untuk mengembangkan permainan, partisipan diminta menuliskan nama binatang secara spesifik misalnya, ayam jago, burung dara (bukan hanya ‘ayam’ atau ‘burung’) dalam secarik kertas. Kemudian kertas-kertas tersebut dikumpulkan. Instruktur secara acak memilih pemain dengan karakter yang diambil dari kertas tersebut.

American Idol
Permainan yang diambil dari acara TV yang sangat terkenal. Dalam permainan ini para pemain berpura-pura melakukan sesi audisi untuk American (Indonesian juga boleh) Idol. Satu orang pemain sebagai Host (pembawa acara), 2 orang pemain sebagai kandidat penyanyi, sisa pemain lain sebagai Juri (yang selalu mengkritisi). 2 kandidat memperkenalkan diri mereka (atau diperkenalkan oleh Host) kepada para dewan Juri, dan kemudian menyanyikan lagu mereka secara bergantian sesuai dengan permintaan pemain lain (tapi boleh juga lagu ditentukan sendiri). Setelah itu masing-masing Juri memberikan kritik dan penilaiannya, setelah ditunjuk oleh sang Host. Permainan ini bisa dimainkan bergantian, sehingga semua pemain nanti dapat giliran baik sebagai Host atau Kandidat.

Penyanyi Balada
Seorang pemain bertindak sebagai penyanyi balada yang menyanyikan lagu baladanya sesuai dengan permintaan audien. Pemain lain (pilihlah beberapa orang atau bisa dibebaskan siapa saja yang hendak bergabung) memerankan apa yang dinyanyikan dalam balada tersebut secara slow motion (seperti video klip).
CATATAN: ini merupakan pembentukan cerita secara bersama sebagaimana para pemain diinspirasi oleh peristiwa yang dinyanyikan penyanyi balada demikian juga sebaliknya, aksi mereka mungkin akan menginspirasi penyanyi dalam menemukan kalimat syairnya. Lagu yang dinyanyikan sangat bebas, tidak terpaut not, kalimat yang diluncurkan pun juga bebas dan lepas, ingatlah ini hanya permainan dan bukan lagu indah yang dinilai tetapi bagaima membangun sebuah cerita bersama-sama itu yang penting.

Bartender
2 orang pemain. Berilah sebuah persoalan yang konyol. Pemain pertama akan menjelaskan permasalahan tersebut kepada sang bartender dalam sebuah lagu. Kemudian bartender memberikan sebuah nasehat dalam lagu juga. Demikian seterusnya. Aturlah permainan secara bergantian sehingga semua orang mendapatkan gilirannya.
Permainan bisa dikembangkan dengan menambah jumlah bartender, sehingga nasehta yang diberikan menjadi 2 versi atau bahkan lebih. Ingat, lagu yang dinyanyikan tidak terikat pada not, yang penting diucapkan secara berirama.

Dubbing Film
2 orang pemain memainkan sebuah adegan atau percakapan, tetapi mereka tidak mengeluarkan kata sedikitpun (hanya bergaya dan beraksi melalui tubuhnya), mulut mereka terbuka seolah berkata-kata tapi tanpa suara. 2 orang pemain lain sebagai dubber, merekalah yang berkata-kata, yang mengajukan kalimat-kalimat percakapan.
CATATAN: permainan ini merupakan permainan kelompok yang saling merespon, bereaksi, dan memberi inspirasi pada para pemainnya. Peraga sangat jelas melakukan aksi seperti yang diucapkan dubber, tetapi dubber sangat mungkin terinspirasi oleh peraga karena gaya dan gesturnya.

F.     Membuat Pertunjukan Berdasar Game
Pertunjukan teater secara sederhana dapat dibentuk dari satu pola atau struktur yang hanya terdiri dari pemaparan, konflik, dan penyelesaian. Pemaparan digunakan untuk menjelaskan tokoh atau karakter peran serta awal dari dimulainya permasalahan. Konflik untuk menjelaskan perkembangan permasalahan sampai permasalahan tersebut mencapai titik puncak. Penyelesaian untuk menjelaskan jalan keluar dari masalah yang dihadapi tersebut. Beberapa game di bawah ini dapat dikembangkan menjadi satu bentuk pertunjukan teater sederhana dan pendek.

Status Change
Pemain berpasangan, menentukan siapa menjadi apa, di mana lokasinya dan topik pembicaraannya apa. Tapi, karakter atau sifatnya saling kontras misalnya pemain satu sebagai majikan yang suka memerintah dan marah, pemain yang lain sebagai pembantu yang selalu disuruh dan sabar. Pada saat mereka berdialog, instruktur berkata “berubah” maka bersamaan dengan itu tanpa menghentikan adegan pemain berganti sifat. Pembantu berubah menjadi marah dan bernada tinggi sementara majikan menjadi takut dan sabar. Demikian seterusnya dengan pasangan pemain yang lain. Intinya, semua pemain harus pernah mencoba sifat yang kontras dalam satu adegan dialog. Sebuah latihan yang ringan dan baik untuk belajar karakter.

Three Ways Conversation
Tiga orang pemain. Satu duduk di tengah yang lain duduk disamping kanan dan kiri. Pemain yang di tengah menjawab setiap pertanyaan pemain yang ada di kiri atau kanannya dengan topik yang berbeda. Jika pemain tengah terlalu lama berbicara dengan pemain sebelah kanan, maka pemain sebelah kiri harus berusaha dengan keras agar pemain di tengah berbicara dengan dirinya. Demikian juga sebaliknya. Dalam usahanya menarik perhatian pemain yang di tengah, pemain di samping kanan dan kiri boleh menyentuh atau menarik tangan pemain yang di tengah. Setelah selesai atau dihentikan oleh instruktur maka pemain yang di tengah bergeser ke pinggir, pemain yang pinggir gantian di tengah sementara pemain di sisi lain diganti oleh pemain baru. Demikian seterusnya sampai semua pemain pernah bermain baik di tengah atau di pinggir.

Singing - Dialogue
Pemain terdiri dari dua orang atau lebih, menentukan siapa menjadi apa, di mana lokasinya dan topik pembicaraannya apa. Usahakan adegannya yang singkat dan sederhana saja. Instruktur kemudian meminta salah satu pasangan atau kelompok untuk maju berdialog sampai selesai. Setelahnya instruktur meminta mereka untuk mengulangi dialog tersebut namun semuanya dalam bentuk nyanyian. Semua dialog (ucapan) dinyanyikan. Demikian seterusnya dengan pasangan pemain yang lain.

Tamu Konflik
Pemain terdiri dari minimal 3 orang. Pemain 1 dan 2 memulai adegan dengan membicarakan sebuah topik tertentu. Lama kelamaan dari pembicaraan tersebut lahirlah konflik atau perbedaan pandangan di antara keduanya. Mereka terlibat pertentangan mengenai satu hal tersebut. Di tengah pertentangan muncul pemain ke 3 dan mencoba melerai serta mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Akan tetapi bukannya pemain 1 dan 2 berdamai namun mereka justru mengalihkan konflik kepada pemain ke 3. Jika ada pemain ke 4, maka pemain ke 4 akan menjadi konflik berikutnya. Konflik diakhiri dengan tidak ditemukan penyebab sesungguhnya dari konflik tersebut.

Semua permainan di atas harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga tahap pemaparan, konflik sampai penyelesaian menjadi jelas dan cerita menjadi satu rangkaian peristiwa. Semua pemain harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Tidak diperkenankan pemain melanggar aturan karena syarat utama sebuah permainan atau syarat dari theater game adalah adanya peraturan yang disepakati dan dipatuhi bersama.

G.    Penutup
Proses penciptaan teater sederhana secara efektif dapat dilakukan dengan menggunakan theater game. Sebelumnya, para pemain harus melakukan pemanasan dan permainan-permainan awal untuk mengembangkan konsentrasi dan imajinasi. Konsentrasi adalah dasar kesiapan mental sang pemeran dan imajinasi adalah dasar kreativitas pemeranan. Dengan membangun kedua hal ini maka pemeran akan mampu menggambarkan tokoh peran yang akan dimainkan. Selebihnya adalah pencobaan dalam adegan-adegan. Penggunaan theater game dengan konteks improvisasi memberi penekanan pada imajinasi dan spontanitas calon pemeran. Setelah itu, pencobaan dalam sebuah adegan improvisatoris dilakukan untuk memberikan peluang kreasi pemeran mengembangkan gagasan sesuai ketentuan dan dilakukan dengan fokus.
Yang paling utama dan perlu mendapat perhatian adalah struktur dasar yang membentuk cerita untuk ditampikan dalam pertunjukan (show case). Unsur utama dalam lakon teater adalah konflik, oleh karena itu cerita yang dikembangakan dari sebuah permainan harus mengandung konflik. Dengan demikian struktur yang paling sederhana adalah pemaparan – konflik – penyelesaian. Selanjutnya adalah bagaimana cara mengungkapkan cerita tersebut dengan menarik, spontan, segar, bersemangat, dan mengikuti aturan yang telah disepakati bersama. Selamat Berlatih! (+)


Bacaan:
Amiel Schotz.1998. Theatre Games and Beyond. Colorado: Meriwether Publishing.
  Eko Santosa, Dkk. 2008. Seni Teater Jilid 2. Jakarta: Dir. PSMK, Depdiknas.

Website:
www.humanpingpongball.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar