Oleh: Eko Santosa
A. Pendahuluan
Umumnya,
proses penciptaan teater di sekolah menggunakan konsep teater dramatik berbasis
naskah. Konsep ini mengharuskan semua yang terlibat untuk bekerja sesuai arahan
lakon yang telah ditentukan. Sutradara merancang konsep laku lakon mulai dari
para pemain hingga tata artistiknya. Para pemain diharuskan mampu mengelola
tubuh, suara, dan jiwanya dalam memainkan sebuah peran sesuai dengan karakte. Para
penata artistik pun demikian, mencoa mewujudkan seluruh elemen pendukung itu
sesuai dengan arahan lakon. Proses perwujudan dari lakon ke dalam sebuah
pertunjukan dengan demikian memerlukan waktu yang tidaklah sebentar.
Sementara itu di sisi lain, waktu yang tersedia bagi proses
teater di sekolah biasanya sangatlah terbatas. Oleh karena itu diperlukan
sebuah pendekatan lain yang dapat dikerjakan dengan cara yang lebih rileks
namun mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam pembahasan ini pendekatan
yang coba diungkapkan adalah theater game.
Theatre game pertama kali digunakan oleh Viola Spolin pada
tahun 1946 untuk melatih para aktor muda di Hollywood. Model pelatihannya
adalah teater improvisasi di mana pemain teater dilatih untuk melakukan
potongan-potongan adegan secara improvisatoris dengan maksud dan tujuan
tertentu. Theatre games secara
sederhana dapat diartikan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran seni teater
melalui permainan. Permainan yang diciptakan dapat digunakan untuk mempelajari
bidang-bidang dalam teater baik
secara mandiri atau
terintegrasi. Theatre games mengajarkan sesuatu secara tidak langsung melalui sebuah permainan
sehingga tanpa disadari, siswa sedang atau telah mempelajari sesuatu dalam
permainan tersebut. Karena sifatnya yang tidak langsung pada tujuan maka game
dapat mengajarkan hal-hal lain di sebalik teater (beyond the theater),
yang mendukung proses berteater.
Metode yang ditawarkan oleh Spolin bukanlah satu-satunya
metode pembelajaran teater di sekolah. Namun, keberadaan theatre games mampu menyegarkan pandangan akan bentuk dan model
pelatihan teater. Bahkan John Caird (2010) menyarankan para sutradara untuk
menggunakannya dalam sesi awal pelatihan teater profesional ketika para pemain
baru pertama kali berkumpul dan butuh sosialisasi. Keluwesan model theatre games baik dari jenis permainan
maupun pelaksanaannya memungkinkan untuk diaplikasikan di sekolah. Terlebih,
ketika nilai-nilai pribadi, sosial, dan budaya dapat dengan mudah
diimplementasikan di dalamnya.
B. Pemanasan
Pemanasan adalah proses awal yang harus dilakukan sebelum
mengerjakan latihan-latihan lainnya. Di bawah ini adalah game yang dapat
digunakan untuk pemanasan.
Delapan
Latihan pemanasan yang menarik untuk meregangkan otot. Semua orang
berjalan mengitari ruangan dengan santai, kemudian berdiri rileks di posisinya
masing-masing.
· Mintalah pada semua orang
untuk membuat angka 8 dengan jempol kaki kiri mereka, kemudian dengan telapak
kaki, selanjutnya dengan seluruh bagian kaki. Setelah itu ulangi dengan yang
kanan.
· Kemudian buatlah angka 8
dengan pinggul, cobalah semua arah.
· Buatlah angka 8 dengan bahu
kanan, kiri, kedua bahu, tangan, kepala.
· Cobalah buat angka 8 dengan
semua bagian tubuh sebanyak mungkin.
Kucing dan Tikus
Semua pemain berpasangan. Satu orang sebagai kucing dan yang satu sebagai
tikus dan keduanya tetap berpasangan dengan selalu bergandengan tangan. Semua
pasangan berbuat sama. Permainannya adalah; KUCING mengejar TIKUS dan TIKUS
menghidari kejaran KUCING. Jika TIKUS tertangkap ia berubah menjadi KUCING dan
pasangannya segera berubah menjadi TIKUS. Tetapi TIKUS bisa menghilang dengan
merangkulkan tangannya pada pasangan lain, jika ini terjadi maka pasangan yang
tangannaya dirangkl tersebut langsung berubah yang TIKUS menjadi KUCING dan
sebaliknya. Hentikan permainan jika peserta sudah mulai lelah.
Perkenalan
Aliterasi
Permaian yang menarik untuk saling
memperkenalkan diri. Seorang partisipan memulai perkenalan dengan membuat gaya
dan mengaliterasikan namanya, misalnya; ‘Saya adalah Budi yang baik hati’,
‘Saya adalah Ria yang riang gembira’’ dan lain sebagainya. Orang disebelahnya
kemudian menirukan gaya dan kalimat aliterasi tersebut, setelah itu ia
menciptakan gaya dan aliterasi namanya sendiri, begitu seterusnya sampai
semuanya mendapatkan giliran.
Tunjuk
Nama Ganti Posisi
Lanjutan dari permainan
perkenalan. Peserta berdiri melingkar. Salah seorang peserta menunjuk peserta
lain dengan menyebutkan namanya sambil berjalan ke arah orang tersebut. Peserta
yang dipanggil berjalan ke arah peserta yang memanggil tetapi begitu sampai di
tengah lingkaran ia menunjuk peserta yang lain dan berjalan ke arahnya dan
tempat yang ia tinggalkan diduduki oleh peserta pertama. Demikian selanjutnya
sampai semua peserta mendapat giliran dipanggil dan memanggil. Permainan akan
lebih seru jika temponya dipercepat.
C. Latihan
Konsentrasi
Di bawah ini adalah beberapa
game yang dapat digunakan untuk melatih konsentrasi.
Hitung
20
Semua peserta dalam lingkaran. Cobalah
menghitung 1 sampai 20. Siapa saja boleh memulai dengan menyebut angka ‘1’.
Kemudian yang lain meneruskan secara acak (siapa saja boleh melanjutkannya)
menyebut ‘2’ dan begitu seterusnya. Jika ada dua peserta menyebutkan angka
berbarengan maka permainan dimulai dari awal lagi.
Bang
(Dor)
Peserta berdiri melingkar menutupkan
mata. Instruktur menyentuh salah satu peserta dan menyuruh semua peserta
membuka mata. Setelag semua pesert membuka mata, peserta yang tadi disentuh
oleh instruktur meneriakkan kata DOR sambil bergaya seperti cowboy dan secara
serentak ditirukan oleh semua peserta. Latihan ini bisa dilakukan berulang
hingga DOR yang diucapkan oleh peserta benar-benar serempak.
1
bebek, 2 kaki, kwek,
Peserta duduk melingkar. Salah seorang
peserta memulai dengan mengucapkan satu
bebek dua kaki wek, peserta berikutnya mengucapkan dua bebek empat kaki kwek,
peserta selanjutnya mengucapkan tiga bebek enam kaki kwek kwek kwek, demikian seterusnya sampai semua peserta
medapatkan gilirannya. Jika terjadi kesalahan maka permainan dimulai dari awal.
Permainan juga bisa dilakukan dengan instruktur yang menunjuk siapa peserta
berikutnya yang mendapat giliran.
Jalan
Jumlah
Setiap pemain menentukan tempatnya
sendiri di setiap titik yang ada di ruang tersebut, dan semua pemain harus bisa
saling melihat satu dengan yang lain. Instruktur kemudian memberikan tanda
(bertepuk atau bersiul), begitu tanda dilakukan, seorang pemain berjalan maju
mengitari ruang dengan pelan, kemudin mendadak ia berhenti dan begitu pemain
itu berhenti maka seorang pemain lain (hanya satu orang saja) mulai berjalan,
demikian seterusnya. Ketika permainan ini sudah berjalan dengan baik secara
gradual tingkatkanlah jumlah pemain yang berjalan.
Hipnotis
Semua pemain berada dalam
lingkaran. Seorang pemain ada di tengah dan ia menjadi tukang hipnotis. Ia akan
mengarahkan telapak tangannya ke wajah pemain lain. Pemain tersebut kemudian
mengikuti kemanapun tangan sang hipnotis bergerak, ke atas, bawah, maju atau
bahkan jalan-jalan. Mata pemain yang terhipnotis harus memandang ke arah
telapak tangan penghipnotis. Bermainlah secara bergantian, hingga semua orang
mendapatkan giliran dan merasa enjoy.
VARIASI: untuk mengembangkan permainan, jika semua sudah merasa enjoy
maka penghipnotis bisa menambah korbannya misalnya, menghipnotis dengan telapak
tangan kanan, kiri atau bahkan dengan dengkul, pinggul, dsb. Yang perlu
diingat, karena jumlah korban semakin banyak maka penghipnotis harus mampu
mengendalikannya agar gerak korban tidak saling bertabrakan. Untuk lebih seru
lagi, kembangkan permainan dengan; orang yang terhipnotis bisa juga
menghipnotis yang lain hingga akhirnya semua pemain terlibat.
D. Latihan
Imajinasi
Di
bawah ini adalah game yang dapat digunakan untuk melatihkan imajinasi.
3
lapis
Latihan pemanasan yang
menyenangkan. Seorang partisipan menawarkan sesuatu hal kepada yang lain dengan
melompat ke tengah lingkaran, misalnya ia berkata: “aku adalah sepotong keju”.
Partisipan kedua ikut melompat ke tengah lingkaran dan melengkapi penawaran
tersebut dengan berkata “aku sepotong roti”. Partisipan ketiga menggenapi
dengan berkata, “Aku selada”. Kemudian ketiga partisipan kembali ke lingkaran
dan permainan diteruskan dari awal dengan satu orang menawarkan menjadi sesuatu
sampai orang ketiga melengkapinya, demikian seterusnya.
Aliterasi
Partisipan diminta untuk
menutup mata, kemudian instruktur memberikan sebuah benda misalnya; bola tenis
atau kain. Partisipan diminta untuk memberi nama benda tersebut sebanyak
mungkin (menurut persepsi dan imajinasi mereka), dengan huruf awal yang telah
ditentukan misalnya ‘S’. Benda tersebut kemudian diedarkan kepada partisipan
lain sehingga semua mendapat giliran. Instruktur menghitung jumlah nama benda
yang telah disebutkan (penamaan berulang tidak dihitung).
VARIASI: Buatlah
berpasangan. Orang pertama memberi nama benda sebanyak mungkin dalam 15-20
detik, orang kedua menghitungnya. Bergantian.
Lompatan
Asosiasi
Permainan asosiasi fisik
yang menarik. Semua partisipan berputar perlahan di dalam ruang. Pada satu
waktu, instruktur menyebut nama salah satu. Nama yang disebut kemudian melompat
ke dalam atau ke luar lingkaran dan membentuk satu pose (mematung). Partisipan
lain berhenti bergerak mengamati bentuk pose tersebut kemudian membentuk pose
bersama yang inspirasinya diambil dari pose partisipan pertama tadi. Seluruh
partisipan akhirnya membentuk sebuah pose bersama seperti monumen yang
bercerita.
VARIASI: Instruktur bisa dan
boleh saja memberikan tambahan instruksi untuk partisipan yang dipanggil
namanya, misalnya; “pose petani”, “pose pebisnis”, “Pose orang sedih” dan lain
sebagainya.
Lingkaran
Asosiasi Buta
Semua partisipan berada
dalam lingkaran, membangun satu ritme bersama-sama, ciptakanlah dengan bebas
satu komposisi dengan kata atau gumaman yang sederhana dan menyenangkan. Ketika
semua sudah berjalan dengan baik maka instruktur akan memberikan aba-aba dengan
bertepuk tangan (atau dengan kode yang lain), 3 kali:
· Tepukan
pertama, semua partisipan menutup matanya namun tetap mempertahankan ritme yang
dibangun tadi
·
Tepukan
kedua, semua mulai berjalan perlahan mengitari ruangan, mata tetap tertutup dan
ritme dijaga. Semua partisipan harus mampu mengingat suara orang di sebelahnya
tadi, agar tahu siapa yang ada di sebelahnya.
· Tepukan
ketiga, semua partisipan dengan mata tetap tertutup dan menjaga ritme mencoba
mengkonstruksi ulang lingkaran yang tadi dibuat sebelum mata ditutup.
Latihan berakhir ketika semua orang
sudah berada dalam lingkaran lagi. Instruktur harus senantiasa menjahga dan
mengamati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena semua mata
partisipan tertutup.
Potret
Keluarga
Permainan yang sangat menarik untuk
membangun kebersamaan. Partisipan dibagi dalam kelompok dan diminta untuk
membuat pose potret keluarga. Keluarga yang dipilih kalau bisa spesifik
misalnya:
·
Keluarga
ekonom, akuntan
·
Keluarga
yang beranggotakan orang-orang gemuk/kurus
·
Keluarga
artis/selebritis
·
Keluarga
ular, kucing, kelinci
·
Keluarga
peralatan kantor, kebun, dan lain sebagainya
Sampaikan kepada partisipan bahwa orang
lain harus tahu dari pose tersebut siapa sebagai apa dalam keluarga itu, siapa
akrab dengan siapa, siapa yang paling dibenci oleh keluarga, siapa yang selalu
dipuja, siapa yang selalu menjadi kambing hitam, dan lain sebagaianya. Hal ini
akan berjalan dengan baik jika masing-masing partisipan mengenal satu sama lain
dalam kelompoknya dengan baik.
Abjad
Terakhir
Semua peserta duduk
melingkar. Instruktur meminta satu orang untuk melontarkan satu kata bebas,
kemudian orang di sebelahnya melontarkan satu kata yang dibuat dari abjad
terakhir kata yang dilontarkan temannya tadi. Misalnya, orang pertama berkata
“EMBER” maka orang berikutnya membuat kata yang diawali dari abjad “R’”
misalnya “RAPI”. Demikian seterusnya.
Presentasi Terusan
Seorang
maju mempresentasikan sesuatu (topik bisa ditentukan). Partisipan lain boleh
menghentikan presentasi itu dengan cara maju ke depan. Ketika ada yang maju,
maka presenter pertama berhenti, kemudian mengulangi kalimat terakhir yang
diucapkan. Selanjutnya, orang yang maju tadi harus meneruskan atau mengganti
topik presentasi dimulai dengan kalimat terakhir yang diucapkan presenter
sebelumnya.
CATATAN:
Cobalah rileks dan bebas untuk
meneruskan prsntasi tersebut. Lebih baik meneruskan prsentasi dari presenter
sebelumnya dari pada membuat topik baru.
Tanda untuk mengganti presenter bisa diganti tidak hanya dengan satu
orang maju ke depan tetapi mungkin dengan kode lain yang lebih menarik misalnya
berkata ‘stop’.
E. Acting
Basic
Di bawah ini adalah game yang dapat digunakan untuk melatih
dasar pemeranan.
Animalistik
Mintalah partisipan untuk memainkan sebuah adegan dengan karakter yang berdasarkan pada binatang.
Mintalah partisipan untuk memainkan sebuah adegan dengan karakter yang berdasarkan pada binatang.
CATATAN: Pemain tidak
diharapkan menjadi ‘binatang’ tetapi mereka hanya mengambil karakter dari
binatang tersebut. Karakter tersebut bisa fisik, vokal, atau status. Sebagai
contoh ‘ayam betina’ dapat menginspirasi sebuah karakter gadis penakut, pemalu
tetapi menggoda.
VARIASI: Untuk mengembangkan
permainan, partisipan diminta menuliskan nama binatang secara spesifik
misalnya, ayam jago, burung dara (bukan hanya ‘ayam’ atau ‘burung’) dalam
secarik kertas. Kemudian kertas-kertas tersebut dikumpulkan. Instruktur secara
acak memilih pemain dengan karakter yang diambil dari kertas tersebut.
American
Idol
Permainan yang diambil dari
acara TV yang sangat terkenal. Dalam permainan ini para pemain berpura-pura
melakukan sesi audisi untuk American (Indonesian juga boleh) Idol. Satu orang
pemain sebagai Host (pembawa acara), 2 orang pemain sebagai kandidat penyanyi,
sisa pemain lain sebagai Juri (yang selalu mengkritisi). 2 kandidat
memperkenalkan diri mereka (atau diperkenalkan oleh Host) kepada para dewan
Juri, dan kemudian menyanyikan lagu mereka secara bergantian sesuai dengan
permintaan pemain lain (tapi boleh juga lagu ditentukan sendiri). Setelah itu
masing-masing Juri memberikan kritik dan penilaiannya, setelah ditunjuk oleh
sang Host. Permainan ini bisa dimainkan bergantian, sehingga semua pemain nanti
dapat giliran baik sebagai Host atau Kandidat.
Penyanyi
Balada
Seorang pemain bertindak
sebagai penyanyi balada yang menyanyikan lagu baladanya sesuai dengan
permintaan audien. Pemain lain (pilihlah beberapa orang atau bisa dibebaskan
siapa saja yang hendak bergabung) memerankan apa yang dinyanyikan dalam balada
tersebut secara slow motion (seperti video klip).
CATATAN: ini merupakan
pembentukan cerita secara bersama sebagaimana para pemain diinspirasi oleh
peristiwa yang dinyanyikan penyanyi balada demikian juga sebaliknya, aksi
mereka mungkin akan menginspirasi penyanyi dalam menemukan kalimat syairnya.
Lagu yang dinyanyikan sangat bebas, tidak terpaut not, kalimat yang diluncurkan
pun juga bebas dan lepas, ingatlah ini hanya permainan dan bukan lagu indah
yang dinilai tetapi bagaima membangun sebuah cerita bersama-sama itu yang
penting.
Bartender
2 orang pemain. Berilah
sebuah persoalan yang konyol. Pemain pertama akan menjelaskan permasalahan
tersebut kepada sang bartender dalam sebuah lagu. Kemudian bartender memberikan
sebuah nasehat dalam lagu juga. Demikian seterusnya. Aturlah permainan secara
bergantian sehingga semua orang mendapatkan gilirannya.
Permainan bisa dikembangkan
dengan menambah jumlah bartender, sehingga nasehta yang diberikan menjadi 2
versi atau bahkan lebih. Ingat, lagu yang dinyanyikan tidak terikat pada not,
yang penting diucapkan secara berirama.
Dubbing
Film
2 orang pemain memainkan
sebuah adegan atau percakapan, tetapi mereka tidak mengeluarkan kata sedikitpun
(hanya bergaya dan beraksi melalui tubuhnya), mulut mereka terbuka seolah
berkata-kata tapi tanpa suara. 2 orang pemain lain sebagai dubber, merekalah
yang berkata-kata, yang mengajukan kalimat-kalimat percakapan.
CATATAN: permainan ini
merupakan permainan kelompok yang saling merespon, bereaksi, dan memberi
inspirasi pada para pemainnya. Peraga sangat jelas melakukan aksi seperti yang
diucapkan dubber, tetapi dubber sangat mungkin terinspirasi oleh peraga karena
gaya dan gesturnya.
F. Membuat
Pertunjukan Berdasar Game
Pertunjukan teater secara
sederhana dapat dibentuk dari satu pola atau struktur yang hanya terdiri dari
pemaparan, konflik, dan penyelesaian. Pemaparan digunakan untuk menjelaskan
tokoh atau karakter peran serta awal dari dimulainya permasalahan. Konflik
untuk menjelaskan perkembangan permasalahan sampai permasalahan tersebut
mencapai titik puncak. Penyelesaian untuk menjelaskan jalan keluar dari masalah
yang dihadapi tersebut. Beberapa game di bawah ini dapat dikembangkan menjadi
satu bentuk pertunjukan teater sederhana dan pendek.
Status
Change
Pemain berpasangan,
menentukan siapa menjadi apa, di mana lokasinya dan topik pembicaraannya apa.
Tapi, karakter atau sifatnya saling kontras misalnya pemain satu sebagai
majikan yang suka memerintah dan marah, pemain yang lain sebagai pembantu yang
selalu disuruh dan sabar. Pada saat mereka berdialog, instruktur berkata
“berubah” maka bersamaan dengan itu tanpa menghentikan adegan pemain berganti
sifat. Pembantu berubah menjadi marah dan bernada tinggi sementara majikan
menjadi takut dan sabar. Demikian seterusnya dengan pasangan pemain yang lain.
Intinya, semua pemain harus pernah mencoba sifat yang kontras dalam satu adegan
dialog. Sebuah latihan yang ringan dan baik untuk belajar karakter.
Three
Ways Conversation
Tiga orang pemain. Satu
duduk di tengah yang lain duduk disamping kanan dan kiri. Pemain yang di tengah
menjawab setiap pertanyaan pemain yang ada di kiri atau kanannya dengan topik
yang berbeda. Jika pemain tengah terlalu lama berbicara dengan pemain sebelah
kanan, maka pemain sebelah kiri harus berusaha dengan keras agar pemain di
tengah berbicara dengan dirinya. Demikian juga sebaliknya. Dalam usahanya
menarik perhatian pemain yang di tengah, pemain di samping kanan dan kiri boleh
menyentuh atau menarik tangan pemain yang di tengah. Setelah selesai atau
dihentikan oleh instruktur maka pemain yang di tengah bergeser ke pinggir,
pemain yang pinggir gantian di tengah sementara pemain di sisi lain diganti
oleh pemain baru. Demikian seterusnya sampai semua pemain pernah bermain baik
di tengah atau di pinggir.
Singing
- Dialogue
Pemain terdiri dari dua
orang atau lebih, menentukan siapa menjadi apa, di mana lokasinya dan topik
pembicaraannya apa. Usahakan adegannya yang singkat dan sederhana saja.
Instruktur kemudian meminta salah satu pasangan atau kelompok untuk maju
berdialog sampai selesai. Setelahnya instruktur meminta mereka untuk mengulangi
dialog tersebut namun semuanya dalam bentuk nyanyian. Semua dialog (ucapan)
dinyanyikan. Demikian seterusnya dengan pasangan pemain yang lain.
Tamu
Konflik
Pemain terdiri dari minimal
3 orang. Pemain 1 dan 2 memulai adegan dengan membicarakan sebuah topik
tertentu. Lama kelamaan dari pembicaraan tersebut lahirlah konflik atau
perbedaan pandangan di antara keduanya. Mereka terlibat pertentangan mengenai
satu hal tersebut. Di tengah pertentangan muncul pemain ke 3 dan mencoba
melerai serta mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Akan tetapi bukannya
pemain 1 dan 2 berdamai namun mereka justru mengalihkan konflik kepada pemain
ke 3. Jika ada pemain ke 4, maka pemain ke 4 akan menjadi konflik berikutnya.
Konflik diakhiri dengan tidak ditemukan penyebab sesungguhnya dari konflik
tersebut.
Semua permainan di atas harus
dikembangkan sedemikian rupa sehingga tahap pemaparan, konflik sampai
penyelesaian menjadi jelas dan cerita menjadi satu rangkaian peristiwa. Semua
pemain harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Tidak diperkenankan pemain
melanggar aturan karena syarat utama sebuah permainan atau syarat dari theater
game adalah adanya peraturan yang disepakati dan dipatuhi bersama.
G. Penutup
Proses penciptaan teater
sederhana secara efektif dapat dilakukan dengan menggunakan theater game.
Sebelumnya, para pemain harus melakukan pemanasan dan permainan-permainan awal
untuk mengembangkan konsentrasi dan imajinasi. Konsentrasi adalah dasar
kesiapan mental sang pemeran dan imajinasi adalah dasar kreativitas pemeranan.
Dengan membangun kedua hal ini maka pemeran akan mampu menggambarkan tokoh
peran yang akan dimainkan. Selebihnya adalah pencobaan dalam adegan-adegan. Penggunaan
theater game dengan konteks improvisasi memberi penekanan pada imajinasi dan
spontanitas calon pemeran. Setelah itu, pencobaan dalam sebuah adegan
improvisatoris dilakukan untuk memberikan peluang kreasi pemeran mengembangkan
gagasan sesuai ketentuan dan dilakukan dengan fokus.
Yang paling utama dan perlu
mendapat perhatian adalah struktur dasar yang membentuk cerita untuk ditampikan
dalam pertunjukan (show case). Unsur utama dalam lakon teater adalah konflik,
oleh karena itu cerita yang dikembangakan dari sebuah permainan harus
mengandung konflik. Dengan demikian struktur yang paling sederhana adalah
pemaparan – konflik – penyelesaian. Selanjutnya adalah bagaimana cara
mengungkapkan cerita tersebut dengan menarik, spontan, segar, bersemangat, dan
mengikuti aturan yang telah disepakati bersama. Selamat Berlatih! (+)
Bacaan:
Amiel Schotz.1998.
Theatre Games and Beyond. Colorado:
Meriwether Publishing.
Eko Santosa, Dkk. 2008. Seni Teater Jilid 2. Jakarta: Dir. PSMK, Depdiknas.
Website:
www.humanpingpongball.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar